BALLA LOMPOA

Diposting oleh djumriana | 02.44 | 0 komentar »

Bangunan lain rumah lebih kecil 2 buah berderet. Bangunan dari kayu dan terkesan kuno. Di depannya ada lapangan rumput kecil dan taman. Bangunan ini memang peninggalan Kerajaan Gowa dan sekarang dihuni oleh beberapa keturunannya. Memang saya lihat ada penghuninya Hampir semua siswa hafal, periode perang Diponegoro di Jawa Tengah, tahun 1825-1830. Tahun itu terkadang juga untuk bahan plesetan guyonan pelawak Tarsan Srimulat dengan guyonan saat adzan magrib. Juga tokoh-tokoh di sekitarnya seperti Sentot Prawirodirjo, sampai Jenderal De Kock yang menipu Diponegoro saat perundingan di Magelang. Kisahnya menjadi akrab anak-anak karena pernah menjadi serial gambar mainan anak-anak. Namanya juga menjadi nama jalan di hampir semua kota besar di Indonesia. Lebih dari 1,24 abad yang lalu perang mengusir Belanda tersebut terjadi. Tak banyak yang tahu masa akhir Diponegoro itu di Makasar. Bahkan kuburannya tak banyak yang tahu lokasinya dan sangat sederhana di areal kuburan masyarakat biasa di pinggir Jl. Diponegoro, Makassar. Dalam suatu kesempatan, tugas perusahaan sekitar tahun 2005, penulis berkesempatan melihat jejak masa akhir P Diponegoro. Di mata penulis sosok ini begitu terpatri di benak karena begitu terkenalnya, sosok santri dengan surban putih di kepala. Atau sedang menunggang kuda dan menggenggam keris. Menuju Makassar Starting point saya dari Balikpapan dan menuju Makassar dengan pesawat komersial. Menjelang mendarat terlihat dari atas tanah-tanah telanjang berwarna merah di sekitar Airport Hasanuddin Makassar. Sepertinya banyak tanah tandus dan tidak terlihat hijau. Keluar bandara terlihat rumah-rumah adat Bugis dari kayu dengan model rumah panggung. Atapnya kebanyakan dari seng. Udara panas. Kami menginap di hotel sekitar Pantai Losari. Dari kamar hotel terlihat laut luas dan ada pulau tak jauh dari situ. Kapal-kapal tradisional terlihat berlayar. Jalan di sekitar Pantai Losari merupakan jalan sibuk. Di sekitar situ banyak hotel dan restoran. Kami makan malam ikan bakar di sebuah restoran sekitar hotel. Restoran ikan bakar banyak sekali tinggal memilih. Saya pikir pemiliknya orang asli Makassar karena menunya ikan bakar, tetapi ternyata tetap saja orang China pemiliknya. Meskipun begitu rasanya tetap enak. Kita memilih sendiri ikannya dan langsung dibakar. Menu khas, ikan bakar dan minum es markisa. Ada juga camilan yang enak, otak-otak dari ikan. Pantai Losari dan Tanjung Bunga Tak perlu banyak cerita kota dan mall, sepertinya hampir sama di setiap kota. Tempat wisata yang dominan mungkin di Pantai Losari di sekitar Jl. Penghibur, Jl Ujung Pandang. Sepanjang jalan itu juga banyak sekali hotel-hotel yang menjual view laut. Banyak juga restoran bertebaran di sepanjang jalan tersebut. Jangan dibayangkan pantainya masih sepi dengan pasir dan pohon kelapa. Sudah seperti kota besar, pantai Losari pinggirnya sudah dibangun semacam arena jalan memanjang menyusuri pantai. Pagi-pagi, saya jalan-jalan sambil mencari keringat menyusuri pantai ini. Angin bertiup sepoi-sepoi dengan aroma angin pantai. Beberapa perahu tampak berlayar dan ada yang menambatkan sauhnya. Air laut tampak jernih sehingga di pinggir yang tak begitu dalam terlihat dasarnya. Ombaknya tipis saja. Ada yang memancing ikan. Nampak beberapa ikan baronang atau ikan putih sebesar telapak tangan orang dewasa berseliweran di air. Satu dua orang tampak memancing udang. Caranya unik, dengan batang kecil dan diberi tali pengait. Bila ada udang di dasar pinggir pantai tinggal dijebak dengan pengait tersebut dan tertangkaplah udangnya. Dapat lumayan banyak. Satu orang dalam beberapa menit sudah dapat belasan. Kalau sore banyak orang bersantai dan menghirup udara segar di pantai ini. Angin sore bertiup lebih kencang. Penjual makanan tentunya bertebaran di sini. Satu dua orang pengendara motor melepas lelah. Setelah saya tanya salah satunya, ternyata orang Gowa yang bekerja di Makassar yang melepas lelah karena tiap hari harus bekerja pulang balik Makassar-Gowa. Jarak ke Gowa sekitar 30 km. Bila malam Pantai Losari masih juga ada satu dua orang menikmati sinar bulan. Juga beberapa pemancing ikan. Tetapi ada tempat yang enak untuk nongkrong, tak jauh dari situ yaitu sepanjang jalan Metro Tanjung Bunga ke arah GTC (Global Trade Centre), di pinggir laut banyak pedagang makanan kelas kaki lima. Di situ sudah diberi tempat untuk berjualan. Tinggal memilih menu makanan sesuai dengan keinginan. Ada menu khas Makassar, pisang empe dan jagung bakar cukup mengenyangkan. Pisang empe, adalah pisang yang dibakar dan diberi gula. Rasanya manis sekali. Terlalu manis untuk sebuah makanan. Para pengamen juga banyak menawarkan jasanya. Tempat ini ramai sekali sampai malam. Ke Benteng Rotterdam dan melihat Makam Pagi-pagi kami jalan kaki dari hotel ke Benteng Rotterdam di depan Pelabuhan Makassar di Jl. Nusantara. Masih satu jalan dengan hotel dan hanya berjarak sekitar 500 m tetapi berganti nama jalan. Pelabuhan laut sudah mulai sibuk. Beberapa kapal tampak berlabuh. Tetapi benteng terlihat sepi. Mungkin hanya kami saja yang masuk. Untuk apa pagi-pagi sudah ke benteng, seperti tak ada pekerjaan saja. Apa juga yang menarik dari benteng ini? Hanya bangunan berbentuk dinding batu tebal berwarna hitam dibuat mengelilingi. Luasnya sekitar tak lebih dari 400 m masing-masing sisinya. Seperti halnya benteng lain, benteng Vredeburg di Yogya misalnya. Ada tempat-tempat meriam dan untuk pasukan di atas dinding. Di tiap pojoknya bangunannya lebih luas. Bisa dibayangkan, dulu tempat itu untuk pertahanan perang dengan dentuman tembakan satu dua peluru. Pasukan mencoba mempertahankan diri dengan berlindung di balik dinding dengan membawa senapan kuno. Untuk informasi, benteng ini dipakai oleh Belanda untuk mempertahankan monopoli perdagangan dari serangan Sultan Hasanuddin dari kerajaan Gowa sekitar tahun 1653-an. Ada yang menarik di situ. Ada salah satu ruangan pernah dipakai sebagai tahanan P Diponegoro sewaktu diasingkan ke Makasar oleh Jenderal De Kock. Letaknya di dinding depan, di pojok bagian dalam di lantai II. Di situ tertulis tempat P Diponegoro dipenjara. Ruangannya sepertinya gelap dan tersembunyi. Pintunya kuat dan besar. Ada terali besi. Berapa lama Sang Pangeran di penjara? Sedihkah dia? Kecewakah dia? Mungkin segala perasaannya bercampur jadi satu dan menegaskan keyakinan bahwa penjajah Belanda harus dilenyapkan. Menurut sejarah, nama aslinya Raden Mas Ontowiryo, lahir di Yogyakarta pada 11 Nopember 1785 dan putra Sultan Hamengkubuwono III, salah seorang raja di Keraton Yogyakarta. Beliau berperang mengusir Belanda sekitar tahun 1825-1830. Pada akhirnya, Diponegoro diajak berunding dengan De Kock tanggal 28 Maret 1830. Beliau kemudian ditangkap dan diasingkan ke Manado, lalu dipindah ke Makassar sampai meninggal tanggal 8 Januari 1855. Di depan benteng ada pelabuhan untuk wisata ke P Selayar di Laut Flores, tempat Taman Nasional Taka Bonerate. Terdiri atas 21 pulau kecil yang membentuk suatu atol yang terbentang seluas 220.000 ha, yang merupakan atol terbesar di Asia Tenggara. Taka Bonerate dalam bahasa Bugis artinya kurang lebih karang yang tertimbun pada dasar pasir. Perjalanan laut bisa dicapai dengan perahu kayu dan memerlukan waktu sekitar 3-4 jam. Itupun hanya waktu tertentu, pada waktu angin muson yaitu bulan September-Nopember dan April-Juni. Saya berkeliling mencoba pete-pete. Apa itu? Sama dengan di tempat lain, nama lain dari angkot. Ada masjid lumayan besar Al-Markaz Al-Islami di Jl. Masjid Raya. Hanya di suatu jalan terlihat agak unik, berderet pertokoan yang jualan perlengkapan kematian. Dari kain kafan, peti mati, bunga, nisan dll. Saya ke makam Diponegoro di Jl. Diponegoro. Tak banyak orang tahu lokasinya. Saya perlu bertanya ke beberapa orang untuk mengetahui tempatnya. Sebuah komplek makam sederhana di pinggir jalan. Nampaknya makam keluarga dan bercampur dengan makam-makam lainnya. Tak ada sedikitpun tanda bahwa itu makam seorang pahlawan terkenal. Orang yang berjalan melewatinyapun tak mempedulikannya. Melihat Sisa Kerajaan Gowa Sebenarnya ada tempat wisata di luar kota tetapi masih dekat yaitu air terjun Baltimurung. Tetapi saya tak punya kesempatan dan tertarik melihat sisa Kerajaan Gowa yang tak begitu jauh jaraknya. Perlu bertanya ke beberapa orang untuk mengetahui lokasi sisa kerajaan Gowa karena situs ini bukan tempat wisata yang populer. Saya naik taksi menuju lokasi ke arah Selatan melewati Jl. Sultan Al-Auddin dan IAIN. Sekitar 30 menit sampailah di lokasinya. Sopir perlu berputar-putar dan bertanya ke beberapa orang untuk memastikan tempatnya. Di tengah rumah-rumah padat ada areal separo lapangan bola. Ada dinding pemisah tetapi tempat tersebut tak jelas sebagai bekas kerajaan. Kondisi kurang terawat. Saya masuk dan tak ada tanda-tanda istimewanya. Pantas saja beberapa orang tak mengetahuinya. Ada bangunan besar 2 lantai dari kayu. Lantai 1 terbuka dan kosong. Setelah saya melongok ke dalamnya di lantai 2, ada persiapan untuk acara pernikahan. Memang sebuah gedung besar dari kayu tua. Nampaknya sekarang memang difungsikan sebagai gedung sarana pertemuan. Apa ini peninggalan kerajaan Gowa? Bangunan lain rumah lebih kecil 2 buah berderet. Bangunan dari kayu dan terkesan kuno. Di depannya ada lapangan rumput kecil dan taman. Bangunan ini memang peninggalan Kerajaan Gowa dan sekarang dihuni oleh beberapa keturunannya. Memang saya lihat ada penghuninya. Kehidupannya sepertinya sangat sederhana. Bangunan tersebut sudah difungsikan sebagai Museum Ballompua. Di situ tersimpan senjata, pakaian kerajaan dan mahkota berlapis emas seberat 15,4 kg. Sayang sewaktu saya ke sana sudah tutup dan tak bisa masuk. Bangunan tersebut dulu sebagai kerajaan Gowa yang pernah mencapai kejayaan dengan melakukan perdagangan rempah-rempah sewaktu dipimpin oleh Sultan Hasanuddin (1653-1669). Sultan Hasanuddin berjuang mengusir Belanda yang melakukan monopoli dalam bidang perdagangan dan menguasai perairan Nusantara. Sultan Hasanuddin, melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya.

0 komentar

Posting Komentar